Jarum Hipodermik
Melanjuti tulisan saya disini (http://komunikasilogi.blogspot.co.id/2015/07/sekilas-teori-sr-pada-facebook.html), kali ini akan membahas mengenai sebuah viral yang dianggap sebagai cairan di dalam "jarum suntikan".
Pada dasarnya jarum hipodermik ini merupakan teori yang hampir sama dengan SOR, yakni memandang seorang pendengar/pembaca/ penyimak media akan dipengaruhi dengan isi dari media itu sendiri. Media dianggap sebagai dokter yang memiliki berbagai obat (konten) untuk diinjeksikan kepada pasiennya (penerima pesan). Asumsinya adalah semua konten yang disajikan sudah pasti diterima dan mempengaruhi bisa dari pengetahuan, sikap,bahkan tindakan dari penerima pesan.
Media sosial Facebook memang telah membawa banyak perubahan. Kali ini konten tidak lagi dibuat oleh pemiliki media, namun sudah banyak orang yang dapat membuat dan menyebar dengan mudah. Mulai dari keisengan belaka hingga melakukan propaganda. Saat ini memang baru sedikit yang konsen akan masalah ini, karena memang masih dalam ranah dunia maya.
Padahal kalau saja diperhatikan saat ini lebih banyak orang melihat layar smartphonenya dibanding televisinya. Informasi terus mengalir tidak hanya hitungan jam, hitungan detik pun sudah bisa diterima. Masalahnya adalah, apakah konten ini benar? apakah konten ini kredibel? Sepertinya yang disebut di atas, ini bisa menjadi propaganda.
Terlihat jelas saat pemilu atau pilkada. Selain perang (banyak-banyakan) slot iklan, berbagai artikel dan gambar yang dibuat menjadi konten dari media maya tersebut. Masalah benar atau tidak, itu menjadi prioritas kedua, yang pertama adalah yang penting share terlebih dahulu.
Mau tidak mau seperti virus yang menjalur lewat udara, begitu mudah menyebar. Menurut penulis kini jarum hipodermik telah menyebarkan virusnya lewat udara, tidak lagi harus dokter yang menyuntikkan, melalui seorang atau sekelompok yang memliki virus kini bisa disebar dengan cepat dan mudah. Ini yang menjadi masalah bagi masyarakat, apalagi kalau isi dari virusnya tersebut malah membelah sila ketiga Pancasila kita.
Kesimpulannya sama seperti tulisan sebelumnya bahwa setiap konten harus kembali kita filter, informasi kini sangat banyak hingga menjadi sulit untuk memilah manakah informasi yang memang benar. Check and balance sulit diterapkan bagi pembuat konten, maka untuk itu bagi kita penikmat konten, pasanglah maskernya, siapkan antibodinya, mari cerdas dan hentikan viral yang sangat merugikan masyarakat.
Pada dasarnya jarum hipodermik ini merupakan teori yang hampir sama dengan SOR, yakni memandang seorang pendengar/pembaca/ penyimak media akan dipengaruhi dengan isi dari media itu sendiri. Media dianggap sebagai dokter yang memiliki berbagai obat (konten) untuk diinjeksikan kepada pasiennya (penerima pesan). Asumsinya adalah semua konten yang disajikan sudah pasti diterima dan mempengaruhi bisa dari pengetahuan, sikap,bahkan tindakan dari penerima pesan.
Media sosial Facebook memang telah membawa banyak perubahan. Kali ini konten tidak lagi dibuat oleh pemiliki media, namun sudah banyak orang yang dapat membuat dan menyebar dengan mudah. Mulai dari keisengan belaka hingga melakukan propaganda. Saat ini memang baru sedikit yang konsen akan masalah ini, karena memang masih dalam ranah dunia maya.
Padahal kalau saja diperhatikan saat ini lebih banyak orang melihat layar smartphonenya dibanding televisinya. Informasi terus mengalir tidak hanya hitungan jam, hitungan detik pun sudah bisa diterima. Masalahnya adalah, apakah konten ini benar? apakah konten ini kredibel? Sepertinya yang disebut di atas, ini bisa menjadi propaganda.
Terlihat jelas saat pemilu atau pilkada. Selain perang (banyak-banyakan) slot iklan, berbagai artikel dan gambar yang dibuat menjadi konten dari media maya tersebut. Masalah benar atau tidak, itu menjadi prioritas kedua, yang pertama adalah yang penting share terlebih dahulu.
Mau tidak mau seperti virus yang menjalur lewat udara, begitu mudah menyebar. Menurut penulis kini jarum hipodermik telah menyebarkan virusnya lewat udara, tidak lagi harus dokter yang menyuntikkan, melalui seorang atau sekelompok yang memliki virus kini bisa disebar dengan cepat dan mudah. Ini yang menjadi masalah bagi masyarakat, apalagi kalau isi dari virusnya tersebut malah membelah sila ketiga Pancasila kita.
Kesimpulannya sama seperti tulisan sebelumnya bahwa setiap konten harus kembali kita filter, informasi kini sangat banyak hingga menjadi sulit untuk memilah manakah informasi yang memang benar. Check and balance sulit diterapkan bagi pembuat konten, maka untuk itu bagi kita penikmat konten, pasanglah maskernya, siapkan antibodinya, mari cerdas dan hentikan viral yang sangat merugikan masyarakat.
Hargai penulis secara ilmiah dengan memasukkan:
Freddy Yakob. 2015. Jarum Hipodermik.